Selamat berjumpa Di Blog Kami,
Pada kesempatan ini kami akan membahas mengenai pentingnya pengajaran sejarah khususnya ditingkat Madrasah Tsanawiyah.
Pentingnya Pengajaran Sejarah Islam
Bagi umat Islam, sejarah memiliki nilai-nilai yang amat penting. Menurut Prof. Dr. Nourozzaman ash-Shiddiqie, paling tidak ada empat aspek penting yang dapat diambil dari sejarah; pertama, adalah kewajiban kaum muslimin untuk meneladani Rasulullah. Oleh karena itu rekaman tentang perilaku kearifan dan kebijakan Rasul perlu diketahui dan diteladani. Kedua, untuk menafsirkan dan memahami maksud Al-Qur’an dan Hadits, perlu memahami setting sosial histories dan kondisi psikologis masyarakat Islam pada saat itu. Atau dalam bahasa yang popular adalah asbab an-nuzul dan asbab al-wurud. Ketiga, sebagai alat ukur sanad. Untuk mengetahui keautentikan sebuah hadits, apakah dhabit atau tidak, bagaimana perilaku keseharian seorang sanad dan sebagainya. Semua itu dapat dilihat dalam sejarah. Oleh karena itu penulis sejarah yang pertama sesungguhnya adalah orang Islam, yakni At-Tabari, dengan bukunya yang dikenal dengan Tarekh at-Tabari. Keempat, untuk merekam peristiwa-peristiwa penting yang terjadi, baik sebelum maupun sesudah kedatangan Islam. Di samping itu, sejarah juga berfungsi untuk mengenal diri sendiri, juga sebagai cermin masa lalu untuk dijadikan pedoman masa kini dan masa yang akan datang, untuk diteladani dan dipakai sebagai alat analisis.
Kendatipun demikian penting arti sejarah dalam kehidupan manusia, namun dalam realitas kehidupan itu sendiri, termasuk dalam dunia akademik, keberadaan materi pelajaran sejarah kurang mendapatkan respon yang memadai. Sejarah sering dianggap hanya sebagai peristiwa masa lalu yang tidak memiliki rangkaian dengan masa kini dan masa yang akan datang. Bahkan dengan pola pengajaran yang monoton, yang menekankan pada aspek kognitif, hafalan, maka pelajaran sejarah semakin tampil membosankan dan terkesan hanya mengulang-ulang saja. Di sisi lain sumber-sumber materi sejarah yang lebih menekankan pada aspek politis, menjadikan kesan yang semakin angker dan menyeramkan bahwa perjalanan daulat-daulat Islam selalu diwarnai dengan tindakan-tindakan kekerasan dan pertumpahan darah. Sebagaimana yang ditulis oleh sebagian orientalis, Islam disebarkan dengan pedang di tangan kanan dan Al-Qur’an di tangan kiri. Sementara Barat dimunculkan sebagai bangsa yang beradab dan berperadaban.Distorsi informasi ini bukan hanya memanipulasi informasi sejarah, namun sangat berimplikasi terhadap aspek politis, sosiologis dan psikologis umat Islam sendiri.
Keterpurukan umat Islam dalam kondisi inferiority complex, perasaan minder, rendah diri terhadap keberadaan nilai-nilai Islami, dan di sisi lain perasaan yang begitu bangga terhadap produk-produk Barat, merupakan bagian dari keberhasilan dominasi Barat secara politis maupun kultural terhadap dunia Islam. Proses pemutusan mata rantai sejarah Islam telah dilakukan oleh beberapa orientalis Barat abad ke-18, ke-19 sampai pertengahan abad ke-20. Mata rantai yang secara obyektif harus diakui oleh Barat, bahwa kemajuan Barat sebagaimana sekarang ini adalah bagian dari proses sejarah yang diambil dari dunia Islam, baik lewat Perang Salib, lewat kemajuan Islam di Spanyol Islam maupun lewat referensi/karya-karya ilmuwan muslim. Beberapa problematika inilah yang perlu mendapat perhatian serius dari umat Islam, terutama tokoh-tokoh yang bergelut dengan dunia akademik, khususnya guru-guru sejarah Islam.
Hakekat Sejarah dan Kebudayaan
Apa yang dimaksud dengan sejarah dan kebudayaan? Kata sejarah dalam bahasa Indonesia memiliki kesamaan filosofis dengan kata syajarah dalam bahasa Arab yang berarti pohon. Pohon merupakan gambaran suatu rangkaian geneologi, yaitu pohon keluarga yang mempunyai keterkaitan erat antara akar, batang, cabang, ranting dan daun serta buah. Keseluruhan elemen pohon ini memiliki keterkaitan erat, kendatipun yang sering dilihat oleh manusia pada umumnya hanya batang pohon saja, atau buahnya saja, akan tetapi adanya pohon dan buah tidak terlepas dari peran akar. Itulah filosofi sejarah, yang mempunyai keterkaitan erat antara masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang.
Kata sejarah dalam bahasa Indonesia mempunyai kesamaan arti dengan tarikh dalam bahasa Arab, geschichte (bahasa Jerman) dan history (bahasa Inggris) yang berasal dari bahasa Yunani istoria (ilmu tentang kronologi hal ikhwal manusia).
Menurut Ibnu Khaldun, dalam hakekat sejarah terkandung pengertian observasi dan usaha mencari kebenaran (tahqiq), keterangan yang mendalam tentang sebab dan asal benda wujudi, serta pengertian dan pengetahuan tentang substansi, esensi dan sebab-sebab terjadinya peristiwa. Sedang menurut Franz Rosental, sejarah adalah deskripsi tentang aktivitas manusia yang terus menerus baik dalam bentuk individu maupun kelompok. Dari dua pengertian tersebut menunjukkan bahwa definisi pertama lebih bernuansa filosofis yang berkaitan dengan hakekat sesuatu, sedang definisi kedua lebih operasional. Menurut Prof. Nourozzaman ash-Shiddiqie, sejarah adalah peristiwa masa lampau yang tidak sekedar informasi tentang terjadinya peristiwa, tetapi juga memberikan interpretasi atas peristiwa yang terjadi dengan melihat kepada hukum sebab-akibat. Dengan adanya interpretasi ini, maka sejarah sangat terbuka apabila diketemukan adanya bukti-bukti baru. Definisi ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Sayyid Quttub, bahwa sejarah bukanlah peristiwa-peristiwa, melainkan tafsiran peristiwa-peristiwa dan pengertian mengenai hubungan-hubungan nyata dan tidak nyata yang menjalin seluruh bagian serta memberikan dinamisme dalam waktu dan tempat.
Mungkin itu saja dahulu sebagai awal dari tulisan pendek kami, semoga bermanfaat....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar